Berita Desa

Ribuan Warga Padati Lapangan Jolosutro Saksikan Upacara Tradisi Kupatan Jolosutro

13 September 2022
Administrator
Dibaca 838 Kali
Ribuan Warga Padati Lapangan Jolosutro Saksikan Upacara Tradisi Kupatan Jolosutro

Piyungan (Kabar Gerbang Madu),- Indonesia tidak hanya memiliki banyak suku, namun juga beragam Budaya. Keanekaragaman budaya ini telah diwariskan secara turun-temurun oleh nenek moyang bangsa Indonesia. Salah satunya yang sampai saat ini masih dilestarikan oleh masyarakat Padukuhan Jolosutro Kalurahan Srimulyo Kapanewon Piyungan Kabupaten Bantul yaitu tradisi Rasulan yang sejak ratusan tahun silam hidup di tengah masyarakat Jolosutro. 

 

Pada Senin (12/9) berlokasi di lapangan Jolosutro, Srimulyo, Piyungan digelar tradisi Rasulan atau yang biasa disebut sebagai upacara kupatan oleh masyarakat setempat. Maksud dan tujuan dari upacara ini adalah sebagai ungkapan rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkah dan karunianya sehingga hasil pertaniannya bisa berhasil dengan baik ,disamping itu juga mihon berkah agar hasil pertanian yang akan datang bisa lebih baik dari tahun kemarin. Disamping itu juga mendoakan kepada nabi Muhammad SAW dan para leluhur termasuk Sunan Geseng agar diberi selalu rahamat dan berkah.

 

Turut hadir dalam rangkaian acara tersebut Kepala Kundho Budoyo DIY Endang Widuri , Kepala Kundha Budaya Bantul Nugroho Eko Susanto, Anggota DPRD Bantul Teguh Santoso, Panewu Piyungan, Forkompimcam Piyungan dan Lurah Srimulyo Drs Wajiran. Dalam sambutannya Lurah Srimulyo, Drs. Wajiran mengungkapkan bahwa Kupatan Jolosutro ini mampu menunjukkan semangat membangun masyarakat dengan basis gotong royong. 

 

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kabupaten Bantul, Nugroho Eko Setyanto, mengatakan bahwa Upacara Kupatan Jolosutro adalah warisan budaya tak benda yang diakui secara nasional sejak tahun 2021 lalu. Dirinya berharap acara ini dapat terus digelar setiap tahunnya sebagai wujud pelestarian budaya dan kebersamaan masyarakat. "Dalam upacara ini ada nilai luhur yang harus terus dikembangkan sebagai ciri atau identitas dari masyarakat di Jolosutro," pungkasnya.

 

Tidak hanya itu Teguh Santoso yang turut menghadiri acara tersebut juga mengatakan pihaknya ikut berupaya aktif positif untuk kelestarian upacara di tradisional Jolosutro. Begitu juga dengan Endang Widuri dalam sambutannya, mengatakan bahwa Beliau menyambut positif dan mendukung diadakannya tradisi kupatan Jolosutro. Untuk mendukung seni budaya tradisional di sini, maka Pemda DIY segera menyalurkan bantuan berupa seperangkat "gongso" (alat musik jawa) untuk wilayah Srimulyo.

 

Sebelum melakukan upacara pemotongan ketupat, Para Prajurit mengkirabkan uborampe dan gunungan ke Lapangan Jolosutro untuk mengikuti upacara. Prosesinya meliputi gelar tarian dan kirab keliling lapangan. Uborampe tersebut terdiri dari nasi gurih, ingkung, serta aneka jajanan pasar. Uba rampe tersebut  kemudian ditempatkan di dalam jodhang yang disiapkan oleh masing-masing RT. Setelah dilakukan kirab, pentas tari dan pemotongan kupat, uborampe berikut gunungan kembali dikirabkan menuju ke Makam Jolosutro yaitu makam Ki Sunan Giring yang berada di Obyek Wisata Bukit Tinatar. Di tempat ini Gunungan dan uborampe dletakan untuk diperebutkan masyarakat. (Foto: Inoeng, Kontributor: Imana)

Bagikan artikel ini:
Kirim Komentar

Komentar baru terbit setelah disetujui Admin

CAPTCHA Image